Minggu, 31 Maret 2013

Pariwisata Indonesia Dipecundangi Singapore, Malaysia, Thailand

Pariwisata Indonesia Dipecundangi Singapore, Malaysia, Thailand

Pariwisata Indonesia Dipecundangi Singapore, Malaysia, Thailand

    Bali selalu ‘moncer’ di berbagai portal wisata sebagai destinasi wisata kelas dunia. Bagaimana dengan Indonesia (induknya Bali)? Tidak sebagus itu, bahkan masih dipecundangi oleh tetangga-tetangganya macam Singapore, Australia, Malaysia dan Thailand.

    Peringkat Pariwisata Indonesia (Dibandingkan Tetangga)

    Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) baru saja merilis laporan berisi peringkat negara-negara anggotanya di sektor industri perjalanan dan pariwisata.
    Dalam “Laporan Daya Saing Perjalanan dan Pariwisata 2013” atau “The Travel & Tourism Competitiveness Report 2013” setebal 481 halaman itu, Indonesia menduduki peringkat ke-70 (dari 140) di tingkat global dan peringkat ke-12 (dari 25) di Asia Pasifik.
    Peringkat Pariwisata Indonesia - World Economic Forum
    Jika dibandingkan dengan negeri tetangga, terutama Singapore, Thailand dan Malaysia, peringkat Indonesia jauh di bawah mereka:
    • Singapore, peringkat ke-10 global dan pertama di Asia Pasifik
    • Australia, peringkat ke-11 global dank ke-2 di Asia Pasifik
    • Malaysia, peringkat ke-38 global dan ke-8 di Asia Pasifik
    • Thailand, peringkat ke-43 global dan ke-9 di Asia Pasifik
    Susunan peringkat daya saing sektor perjalanan dan pariwisata di regional Asia Fasifik selengkapnya, sebagai berikut:
    Indonesia Dipecundangi Singapore Malaysia dan Thailand

    Keunggulan dan Kelemahan Pariwisata Indonesia (Dibandingkan Tetangga)

    Sebagai masukan, World Economic Forum juga menyajikan apa saja keunggulan dan kelemahan sektor pariwisata masing-masing negara. Berikut ini adalah faktor keunggulan dan kelemahan sektor pariwisata Indonesia:
    A. Keunggulan:
    1. Kekayaan Alam – Indonesia menempati peringkat ke-6 dalam hal kekayaan sumberdaya alam, dengan beberapa pengakuan warisan dunia (world heritage), termasuk keberadaan flora dan faunanya. Meski demikian, Indonesia masih dikalahkan oleh Australia yang menduduki peringkat pertama.
    2. Kekayaan Budaya – Meskipun hanya menempati peringkat ke-38 dalam hal budaya, ini masih dianggap sebagai salahsatu keunggulan pariwisata Indonesia, dengan 10 lokasi budaya yang telah diakui sebagai warisan dunia (world heritage). Diperkuat pula oleh banyaknya pameran internasional yang diselenggarakan di Indonesia, serta industri kreatif yang dinilai cukup unggul. Yang agak ganjil, setidaknya bagi kita di Indonesia, ternyata kekayaan budaya Malaysia masih di atas Indonesia, dengan peringkat ke-31 (sementara Indonesia hanya peringkat ke-38).
    3. Daya Saing Harga – Dalam hal daya saing harga Indonesia tergolong cukup kuat dengan menduduki peringkat ke-9 dalam industri Travel & Tourism (T&T). Ini disebabkan oleh tarif hotel yang bersaing, pajak bandara udara yang rendah dan harga bahan bakar yang bersaing.
    4. Skala Prioritas Pariwisata – Untuk perioritas sektor pariwisata dalam pembangunan, Indonesia tergolong kuat, yakni menduduki peringkat ke-19. Pun demikian, Indonesia masih dikalahkan oleh Thailand yang berhasil menduduki peringkat ke-11.
    Yang membuat peringkat Indonesia makin terpuruk, jauh di bawah negeri tetangga, adalah kehadiran faktor-faktor kelemahan yang dimiliki oleh Indonesia.
    B. Kelemahan:
    1. Infrastruktur – Faktor yang satu ini menjadi kelemahan utama sektor pariwisata Indonesia. Pembangunan infrastruktur Indonesia—khususnya jalan darat dan sistim angkutan darat—masih jauh ketinggalan dibandingkan tetangga. Misalnya:
    • Infrastruktur darat (jalan dan alat transportasi) Indonesia, peringkat ke-87
    • Infrastruktur pariwisata Indonesia, peringkat ke-113; dan
    • Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, peringkat ke-87
    Jika dibandingkan dengan tetangga:
    • Singapore, infrastruktur daratnya mendapat peringkat ke-2 dan transportasi udaranya peringkat ke-14.
    • Australia, transportasi udaranya menduduki peringkat ke-4 dan infrastruktur pariwisatanya secara umum menduduki peringkat ke-20.
    2. Keamanan – Keamanan adalah faktor berikutnya yang membuat daya saing pariwisata Indonesia lemah, terutama besaranya biaya yang harus dikeluarkan ketika mengalami wisatawan mengalami masalah gangguan keamanan, termasuk terorisme.
    Sementara Singapore, Australia, Thailand dan Malaysia, sama sekali tak mengalami kendala dalam hal keamanan. Singapore bahkan dinilai sebagai destinasi wisata paling aman untuk dikunjungi, menurut laporan tersebut.
    3. Lingkungan Hidup – Faktor kelemahan menonjol lainnya adalah tidak adanya jaminan mengenai sistim pelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan. Dalam hal ini Indonesia berada di peringkat ke-125 dari 140 negara.
    Jika dibandingkan dengan tetangga:
    • Australia, menduduki peringkat tertinggi dalam hal sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kerangka kerja yang mereka gunakan, menurut laporan tersebut, bisa diverifikasi dan diperika dengan mudah.
    • Malaysia, kebijakan pemerintahnya mengenai pemeliharaan lingkungan hidup mendapat peringkat ke-9. Sistim pembangunan dan pengawasan lingkungan hidupnya juga bisa diverifikasi dan diperiksa dengan mudah.
    • Thailand, tidak tergolong istimewa dalam hal pengelolaan lingkungan hidup, namun masih bisa mendapat peringkat di atas Indonesia, yakni ke-77.
    Meskipun belum tentu mewakili kondisi sebenarnya (misal: peringkat kekayaan budaya malaysia lebih tinggi dibandingkan Indonesia), apa yang disajikan dalam laporan World Economic Forum ini bisa dijadikan bahan pertimbangan oleh pemerintah Indonesia, dalam menyusun kebijaka dan strategi pengembangan sektor pariwisata kedepannya.
    Persoalan infrastruktur misalnya, adalah kenyataan bahwa apa yang dimiliki oleh Indonesia saat ini masih jauh jika dibandingkan dengan Singapore, Australia, Malaysia dan Thailand. Transportasi darat mungkin tergolong yang paling parah; kemacetan terjadi hampir di seluruh kota besar di Indonesia, sehingga wisatawan mengalami kesulitan ketika berpindah dari satu obyek ke obyek wisata lainnya.
    Khususnya di Bali, persoalan transportasi darat mulai menjadi persoalan serius. Kemacetan di kawasan wisata (Kuta, Seminyak, Nusa Dua dan Sanur) hampir terjadi setiap hari. Masalah serius lainnya adalah tidak adanya jalan layak yang menghubungkan antara destinasi wisata di daerah Selatan dengan Utara Pulau Dewata.
    Infrastruktur Pariwisata Bali
    Jalan Tol Benoa-Ngurah-Rai-Nusa Dua yang dibangun di atas laut. Sumber: Detik Foto
    Seperti pernah disampaikan oleh Kementrian Perhubungan, lahan untuk jalan adalah kendala utama Bali dalam memperbaiki infrastruktur. Belum lagi benturan antara kebutuhan membangun infrastruktur dengan kebijakan tata ruang kawasan.
    Pengembangan jalan tol ‘Benoa-Ngurah Rai-Nusa Dua’ pun terpaksa dibuat di atas laut sehingga biayanya menjadi dua kali lipat lebih mahal jika dibandingkan dengan di atas tanah. Dan untuk memecah kemacetan di Simpang Dewa Ruci (Simpang Siur) terpaksa dibuat “Under Pass” yang biayanya juga mencapai 2 kali lipat jika dibandingkan dengan pembangunan jalan layang (fly over).
    Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia pada umumnya, sampai saat ini, masih menjadi PR besar bagi pemerintah. Berita tentang peristiwa tanah longsor dan banjir menghiasi media nyaris setiap hari.
    Khususnya di Bali, sampah mulai menjadi persoalan serius yang perlu mendapat penanganan cepat dari pemerintah. Peran serta masyarakat Bali, secara luas, juga sangat diperlukan—termasuk para pelaku wisata dan wisatawan itu sendiri—untuk ikut menjaga kebersihan Bali.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar